KATAGORI RENUNGAN

Translate this blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 01 Desember 2015

Uraian Tentang Roh, Jiwa Dan Tubuh

Tertarik untuk ikut menulis topik yang sama dengan beberapa teman saya berkaitan tentang 'Roh, Jiwa dan Tubuh' dari perspektif Yesus yang mengatakan SUDAH SELESAI. Bagaimana itu berdampak terhadap ketiga bagian utuh dari manusia?

ROH
Jika tujuan Tuhan ialah untuk membawa manusia kepada keserupaan dan kesegambaran dengan-Nya, maka Dia akan berurusan dengan bagian paling inti dimana manusia sebenarnya telah diidentifikasi dengan-Nya dalam kekekalan. Tuhan akan beroperasi melalui roh yang olehnya Ia dan manusia terhubung. Yesus berbicara tentang kontak dengan Tuhan melalui roh, 'barangsiapa menyembah Dia, akan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran'. Manusia hanya memperoleh akses hubungan di dalam roh, bukan jiwa maupun tubuhnya.
"...Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." (Yohanes 3: 8)
"Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya..." (Yohanes 7: 39)
"Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam KEADAAN BARU MENURUT ROH dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat. " (Roma 7: 6)
"...mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh." (Roma 8: 5)
"Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu... tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran." (Roma 8: 10)
"Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia." (1 Korintus 6: 17)
"Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena KEMULIAAN ITU DATANGNYA DARI TUHAN YANG ADALAH ROH, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." (2 Korintus 3: 18)
"Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh."  (Galatia 5: 25)
“...barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. ” (Galatia 6: 8)
“Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu...” (Galatia 6: 18)
“Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, DI DALAM ROH.” (Efesus 2: 22)
“Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan KEPADA ROH-ROH ORANG-ORANG BENAR YANG TELAH MENJADI SEMPURNA.” (Ibrani 12: 22-23)
Di dalam Kristus, roh Anda sudah menjadi sempurna, utuh dan lengkap seperti Roh Tuhan sendiri. Bahkan roh Anda telah menjadi SATU dengan Roh Tuhan itu sendiri. Roh Anda tidak akan pernah berubah, tidak akan pernah jadi lebih baik ataupun lebih buruk, roh Anda selamanya SEMPURNA di dalam Dia. Roh Anda SUDAH SELESAI sekarang!
JIWA/INSAN/BATIN
Berbeda dengan roh Anda, jiwa Anda merupakan suatu area yang bersifat fluktuatif. Jiwa Anda yang terdiri dari pikiran, perasaan, kehendak dan emosi bisa berubah-ubah. Jiwa merupakan area peperangan dengan tipu muslihat. Jadi bagaimana kita mengaitkan kelabilan jiwa tersebut dengan definisi ‘sudah selesai’?
“Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami MENAWAN SEGALA PIKIRAN DAN MENAKLUKKANNYA kepada Kristus...” (2 Korintus 10: 5)
“...Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” (1 Korintus 2: 16b)
Ada dua jenis pikiran yang dibicarakan Paulus berkaitan dengan pikiran yang ada pada diri kita: ‘pikiran Kristus’ dan ‘pikiran kita sendiri’. Dalam pikiran Kristus, tentu saja semuanya aman, terkendali, pasti dan tidak berubah--sempurna. Tapi bagaimana dengan pikiran kita sendiri? Apakah pikiran kita sempurna?
Sayangnya ‘belum’--dalam manifestasinya. Karena apabila pikiran kita sendiri sudah mengalami manifestasi yang sempurna, maka kita tidak perlu menaklukkan pikiran apapun kepada-Nya dan mengenakan pikiran Kristus. Jelas sekali bahwa jika masih ada berbagai pikiran yang perlu ditaklukkan di dalam ‘pikiran kita sendiri’, maka pastilah kita masih belum dapat berpikir dengan sempurna sehingga kita membutuhkan pikiran lainnya--yakni pikiran Kristus sendiri.
Beberapa kata yang disinggung oleh Paulus juga berkaitan dengan jiwa manusia:
“Sebab itu kami tidak tawar hati... namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” (2 Korintus 4: 16)
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12: 2)
Menurut KBBI, baik ‘batin’ maupun ‘budi’ menyangkut kepada bagian dari jiwa. Dan kata ‘pembaharuan atau dibaharui’ didefinisikan sebagai proses, cara atau perbuatan membaharui, usaha untuk mengembangkan, reaktualisasi pembangunan. Saya yakin kita tidak perlu menjadi ‘terlalu pintar’ untuk memahami arti dari ‘pembaharuan’, tentulah kata tersebut berarti bahwa masih ada peralihan atau pertumbuhan dari keadaan saat ini menuju kepada keadaan yang seutuhnya. Jiwa kita belum selesai dari pembaharuan, tetapi itu sedang terjadi; belum seutuhnya termanifestasi secara sempurna, namun sedang disempurnakan, diperbaharui sehari ke sehari.
TUBUH
Kita sering melihat mujizat dinyatakan kepada tubuh; mata buta melihat, telinga tuli mendengar, mulut bisu berbicara, tangan kaku bergerak atau kaki lumpuh berjalan. Namun apakah kita memperhatikan bahwa tujuan mujizat yang supernatural tersebut sebenarnya hanya untuk membawa ‘pemulihan yang terbatas’, hal tersebut pada dasarnya untuk mengembalikan tubuh kita pada kondisi yang sebelumnya--untuk berfungsi sebagaimana adanya ia diciptakan.
Dalam kondisi yang normal--tubuh yang berfungsi sebagaimana adanya ia diciptakan--, tubuh kita pada dasarnya tidak dapat melampaui kondisi yang telah ditetapkan Allah. Malahan, dalam sebuah dunia dimana segala sesuatunya menuju kepada penyusutan, tubuh manusia semakin mengikutinya.
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot...” (2 Korintus 4: 16)

“Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa..."
(Roma 8: 10)
Tubuh yang fana akan menemui akhirnya, tidak akan berlanjut ke dalam kekekalan--bahkan meskipun mujizat dapat saja terus menerus terjadi pada tubuh tersebut, tetap saja, seiring berjalannya kefanaan kepada kekekalan, tubuh--keadaan lahiriah akan menemui kemerosotan.
“Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” (Roma 8: 23)
Menurut Paulus, kita menantikan ‘pembebasan tubuh’ kita. Frasa tersebut dapat berimplikasi kepada ‘pembebasan dari tubuh lama’ dan ‘pembebasan kepada tubuh baru’. Petrus menyebut tubuh fana ini sebagai ‘kemah’ yang artinya merupakan tempat sementara bagi kita untuk tinggal.
“Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (2 Petrus 1: 13-14)
Jika tubuh kita hanyalah sebuah kemah, maka mujizat merupakan pekerjaan perbaikan untuk kemah. Kemah tubuh kita tidak kekal, akan ada titik dimana ia tidak dapat diperbaiki maupun ditambal lagi.
Tubuh kita yang fana pada dasarnya mengalami efek dari penebusan, tapi tubuh yang rusak dan terpengaruhi oleh berbagai implikasi dosa tidak dapat bertahan selamanya. Sama seperti roh yang mati membutuhkan kelahiran yang baru, jiwa yang menyimpang memerlukan pembaharuan yang utuh, demikianlah juga dengan tubuh yang rusak hanya dapat diatasi dengan penggantinya--tubuh baru yang dipenuhi dengan kemuliaan. Dibutuhkan tubuh yang kekal untuk berhadapan dengan Tuhan yang kekal, dan jelas sekali bahwa tubuh yang fana tidak dapat menanggung kemuliaan yang terlalu besar tersebut--bahkan jika mujizat paling dahsyat melimpahi tubuh fana tersebut.
“Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan,--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat--tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” (2 Korintus 5: 6-8)
“Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7: 24)
“Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.” (Roma 7: 5)
Jadi meskipun Yesus mati untuk kita, penebusan-Nya dalam tubuh fana bukanlah untuk meneguhkan keterbatasan dari tubuh tersebut. Ia pasti memiliki tujuan yang jauh lebih besar, Ia sedang menyediakan tubuh yang jauh berbeda dan tidak sebanding dengan tubuh kita saat ini.
KESIMPULAN: Roh, Jiwa dan Tubuh
Alkitab dengan jelas menunjukkan suatu pembedahan kepada kita secara detail mengenai bagian demi bagian tersebut dan bagaimana penebusan Kristus bersentuhan baik secara spontan maupun progresif dalam memanifestasikan keutuhan dari kemanusiaan terhadap diri kita. Alasan mengapa beberapa orang tidak melihat cara Allah yang berbeda dalam berurusan dengan masing-masing bagian tersebut secara berbeda ialah karena mereka tidak melihat keutuhan konteks dari Firman Tuhan dalam menerangkan peran demi peran-Nya terhadap tubuh, jiwa dan roh kita--dan karena banyak dari kita secara egois ingin agar Tuhan mendukung keyakinan kita sendiri sehingga kita buta terhadap keterlibatan-Nya--serta cara kerja-Nya yang istimewa--dalam masing-masing bagian tersebut.
Inti dari ‘karya Yesus yang sudah selesai’ bukanlah untuk serta merta membawa hasil akhir secara langsung kepada kita--seolah-olah Ia bertanggungjawab terhadap kita. Tetapi justru Ia membawa hasil tersebut terhadap Diri-Nya sendiri. Apa yang kita anggap ‘sudah selesai’ dalam batasan waktu yang telah ditetapkan-Nya?

Tuhan tidak dibatasi oleh waktu. Ketika Ia berkata ‘sudah selesai’, saya percaya karya tersebut tidak mungkin terbatas pada masa lampau. Namun justru di satu titik tersebut, segala sesuatu yang menghancurkan, merusak dan membinasakan diselesaikan pada satu tempat dan pada suatu waktu. Akan tetapi jauh di atas batasan waktu, Ia melihat keseluruhan dari ‘awal sampai akhir’ penyelesaian tersebut sebagai pemulihan dan kesempurnaan dari kemanusiaan. Apa yang Ia selesaikan 2000 tahun yang lalu, dampaknya tidak berhenti spontan dan selesai disana [salib] juga. Namun apa yang Ia katakan ‘sudah selesai’ 2000 tahun yang lalu sedang berhamburan dan berjalar-jalar menjelajahi keseluruhan waktu--sampai Ia datang kembali. Dampak karya-Nya belum selesai meskipun pekerjaan-Nya dinyatakan sudah selesai, karena jikalau demikian maka Ia tidak benar-benar berkuasa. Sebaliknya karena Ia begitu berkuasa, apa yang Ia selesaikan 2000 tahun yang lalu dari Kalvari, masih terus menerus menjangkau waktu hingga Ia kembali lagi. Dampak dari salib masih terus memulihkan kita, menjaga kita dan menyempurnakan kita secara utuh.
“Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” (1 Korintus 15: 53)
“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”
(1 Yohanes 3: 2)
“Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita AKAN memakai rupa dari yang sorgawi. Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.”
(1 Korintus 15: 42-50)
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 korintus 3: 18)
“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga SERUPA dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” (Filipi 3:20-21)
Kita tidak dapat membatasi pekerjaan-Nya. Marilah kita mulai melihat cara-cara-Nya yang terbukti jelas dalam Firman-Nya--dan tidak sekadar menggunakan asumsi pribadi Anda. Apa yang Tuhan lakukan dengan roh, jiwa dan tubuh Anda ialah bentuk dari kasih dan kepeduliaan-Nya dalam menjadikan Anda serupa-segambar dengan Diri-Nya sendiri. Kita tidak sedang menuju kesempurnaan--sebagaimana yang disalahpahami oleh beberapa orang--kita sedang menantikan kesempurnaan yang telah ada dan tersedia tersebut bermanifestasi di dalam keutuhan kita sebagai manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar