KATAGORI RENUNGAN

Translate this blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 19 Maret 2014

Rantai Bully



"Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan. Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun--jadi masih muda--biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya. Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?" Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.
 Pada suatu kali pergilah saudara-saudaranya menggembalakan kambing domba ayahnya dekat Sikhem. Lalu Israel berkata kepada Yusuf: "Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka." Sahut Yusuf: "Ya bapa." Kata Israel kepadanya: "Pergilah engkau melihat apakah baik keadaan saudara-saudaramu dan keadaan kambing domba; dan bawalah kabar tentang itu kepadaku." Lalu Yakub menyuruh dia dari lembah Hebron, dan Yusufpun sampailah ke Sikhem.
 Ketika Yusuf berjalan ke sana ke mari di padang, bertemulah ia dengan seorang laki-laki, yang bertanya kepadanya: "Apakah yang kaucari?" Sahutnya: "Aku mencari saudara-saudaraku. Tolonglah katakan kepadaku di mana mereka menggembalakan kambing domba?" Lalu kata orang itu: "Mereka telah berangkat dari sini, sebab telah kudengar mereka berkata: Marilah kita pergi ke Dotan." Maka Yusuf menyusul saudara-saudaranya itu dan didapatinyalah mereka di Dotan. Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Lihat, tukang mimpi kita itu datang! Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu! Ketika Ruben mendengar hal ini, ia ingin melepaskan Yusuf dari tangan mereka, sebab itu katanya: "Janganlah kita bunuh dia!" Lagi kata Ruben kepada mereka: "Janganlah tumpahkan darah, lemparkanlah dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia" --maksudnya hendak melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya. Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair. Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir.Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita." Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu. Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir. Ketika Ruben kembali ke sumur itu, ternyata Yusuf tidak ada lagi di dalamnya. Lalu dikoyakkannyalah bajunya, dan kembalilah ia kepada saudara-saudaranya, katanya: "Anak itu tidak ada lagi, ke manakah aku ini?" Kemudian mereka mengambil jubah Yusuf, dan menyembelih seekor kambing, lalu mencelupkan jubah itu ke dalam darahnya. Jubah maha indah itu mereka suruh antarkan kepada ayah mereka dengan pesan: "Ini kami dapati. Silakanlah bapa periksa apakah jubah ini milik anak bapa atau tidak?" Ketika Yakub memeriksa jubah itu, ia berkata: "Ini jubah anakku; binatang buas telah memakannya; tentulah Yusuf telah diterkam." Dan Yakub mengoyakkan jubahnya, lalu mengenakan kain kabung pada pinggangnya dan berkabunglah ia berhari-hari lamanya karena anaknya itu. Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: "Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!" Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya. Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja." (Kejadian 37: 1-36)


MASALAH SOSIAL

Definisi bully cukup beragam, secara sederhananya dapat diartikan sebagai penggertakkan, pengolokkan, pengucilan, pengintimidasian ataupun penindasan; suatu gangguan terhadap orang yang dianggap aneh, lemah dan tidak berdaya. Secara karakteristiknya, bully dapat diterjemahkan ke dalam bentuk rasa iri/cemburu, keinginan untuk mempermainkan, merendahkan, mengacaukan hingga meneror citra diri orang lain.


Bully ialah masalah sosial yang memprihatinkan publik, khususnya dalam area pergaulan baik di sekolah, perkumpulan, organisasi hingga di tempat kerja. Dalam bully berlaku 'hukum rimba'; yang kuat yang bertahan dan menang, sedangkan yang lemah akan menjadi bahan bualan. Tanpa mempertimbangkan hak asasi, para pelaku bully menganggap setiap gangguan sebagai lelucon, namun tidak bagi yang di-bully, itu ialah suatu penodaan terhadap citra pribadi mereka. Tak tanggung, semua lelucon kasar yang dimainkan di dalam area bully tidak jarang memunculkan berbagai provokasi yang tidak diharapkan pada pribadi sang korban seperti rasa rendah diri, malu, depresi, putus-asa, penghakiman bahkan keinginan untuk bunuh diri.

KRONOLOGIS SINGKAT BULLY

Alkitab menceritakan bagaimana Yusuf di-bully oleh saudara-saudaranya sendiri karena rasa iri dan cemburu. Yusuf adalah anak bungsu si Yakub secara pararel.

catatan : Yakub memiliki 2 orang istri, Lea dan Rahel. Dan selain itu, Yusuf juga lahir dari istri yang paling dicintai oleh Yakub (Rahel). Pernikahan antara Yakub dan Lea ialah suatu penipuan yang dilakukan oleh Laban, sehingga singkatnya, Yakub terpaksa harus mengawini Lea sebelum ia dapat mengawini wanita yang dicintainya, Rahel. Selain itu, Yusuf juga merupakan anak yang lahir di masa tua Yakub (sebelum akhirnya Benjamin lahir dari rahim Rahel sebagai gantinya dalam masa pengasingan Yusuf).


Yusuf ialah anak sulung dari Rahel, wanita yang dicintai oleh Yakub. Yusuf menjadi biji mata sang ayah, ia selalu mendapat perhatian dari Yakub lebih dibandingkan anak-anaknya yang lain. Hal ini menimbulkan rasa tidak suka dari kakak-kakaknya yang lain (anak-anak Yakub dari rahim Lea). Keterusterangan dan keyakinan Yusuf dalam mengungkapkan imannya membuat ia menjadi sasaran objek bully dari kakak-kakaknya. Dengan suatu rencana yang strategis maupun keputusan yang tak terduga, kakak-kakaknya melemparkan Yusuf ke suatu lubang yang kering dengan keinginan hendak membunuhnya, lalu kemudian muncullah taktik lain (yang mungkin karena campur tangan ilahi dari Allah sendiri) untuk menjual adik mereka kepada saudagar-saudagar dari Midian yang kemudian membawanya untuk diasingkan sebagai seorang budak di negeri sang Firaun, penguasa Mesir. Dengan ancang-ancang yang cukup licik, kakak-kakak Yusuf memanipulasi kematiannya dan merangkai cerita palsu tentang kepergian sang putra bungsu Yakub untuk selamanya dari dunia ini.

Kronologis yang serupa tapi tak sama berputar, dengan sedikit perbaikan yang sama buruknya dilakukan oleh para pem-bully sekarang seperti yang dilakukan oleh komplotan kakak Yusuf. Pada dasarnya, orang yang mem-bully tidak memiliki alasan khusus, mereka membuat alasan tersebut tanpa dasar penguatan yang jelas. Kakak-kakak Yusuf tidak memiliki alasan untuk melampiaskan kekesalan mereka padanya, mereka hanya membuat alasan tersebut untuk membenarkan diri mereka. Ruben dan Yehuda contohnya, mereka termasuk ke dalam komplotan yang ingin pembunuhan Yusuf, namun mereka tidak memiliki alasan untuk membunuhnya. Dalam rencana penyelamatan Allah bagi Yusuf untuk menggenapi janji-janji-Nya melalui mimpi-mimpi Yusuf, Allah mungkin saja meletakkan inisiatif untuk mengamankan Yusuf dari cengkeraman maut.



Dalam lingkungan pergaulan, orang-orang tidak memiliki alasan khusus untuk melampiaskan rasa iri atau cemburu mereka kepada yang lain. Mereka hanya menemukan sasaran tepat untuk menjadi korban. Keinginan untuk meninggikan diri di atas yang lain mendorong mereka untuk memperoleh reputasi yang disalahartikan (dianggap 'terhormat' oleh para pem-bully). Namun kehormatan tidak ditegakkan dengan menundukkan orang lain untuk menjadi pasif, kita telah belajar cara-cara yang salah (korupsi, sogok menyogok, ancaman teror dan sebagainya) untuk mencapai suatu prioritas tertentu yang dianggap terhormat, semua ini hanyalah kebohongan semata.

MASA YANG KELAM

Para korban kesenangan bully bisa mengalami berbagai pengaruh keterpurukkan yang tidak pernah dibayangkan oleh para pemain (pem-bully). Orang-orang yang menjadi korban bully terjebak dalam tenggat masa lembah keputus-asaan yang dapat berujung pada keputusan bodoh untuk mengakhiri kehidupan mereka sendiri. Luka fisik dapat mempengaruhi emosional kepribadian. Setiap bully yang dilakukan tanpa mempertimbangkan martabat kehidupan atau hak asasi orang lain dapat membunuh jati diri seseorang.


Alkitab memiliki banyak penuturan kisah mereka yang hidup di tengah masa kelam tersebut akibat tindakan bully yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya; Yusuf yang mendekam di dalam gelapnya penjara Mesir, Daud yang sejenak diciutkan
dihalangi oleh kakaknya (Eliab) ketika ia memberanikan diri untuk menantang raksasa Goliat, Paulus yang terjebak di antara pegangan agamawi dan panggilan barunya terhadap Injil, bahkan pada puncaknya, Yesus-dalam penjelmaan kemanusiaan-Nya naik ke atas salib untuk berseru, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?". Diolok, diintiimidasi bahkan ditindas, dimana banyak orang memilih untuk mengakhiri kehidupannya; tapi bagaimana orang-orang dapat menemukan kebenaran untuk melepaskan diri dari masa yang kelam ini untuk tetap menikmati hidup?

UNTUK YANG DI-BULLY : SELALU ADA SEBUAH ALASAN UNTUK HIDUP

Saya percaya bahwa para pahlawan iman di dalam Alkitab menunjukkan kepada kita suatu alasan yang tepat demi menjaga kita dari keputusan-keputusan yang bodoh, dunia ini tidak layak untuk menentukan siapa diri kita sebenarnya. Jika Anda membutuhkan sebuah alasan untuk bertahan dalam keombang-ambingan badai kehidupan, maka penting untuk mengetahui identitas jati diri Anda yang sejati. Firman Allah mengutarakannya tentang kita yang ada di dalam Kristus secara lantang, "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!' Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4: 6-7).

Seorang pem-bully biasanya berusaha untuk melabelkan diri Anda pada kepalsuan-kepalsuan yang menjatuhkan, jangan heran karena mungkin kadangkala itu dapat secara nyata adalah hal yang Anda rasakan atau pikirkan. Namun, realitas tentang jati diri Anda berada jauh melampaui penilaian orang-orang (bahkan terkadang diri Anda sendiri), realitas jati diri kita ada pada pribadi Yesus Kristus. Sama seperti Dia-Yesus Kristus, demikianlah kita di dunia ini; sekarang dan saat ini juga! (I Yohanes 4: 17b). Anda harus melihat diri Anda jauh melampaui apa yang dapat dunia tunjukkan pada diri Anda sendiri, realitasnya ada pada Pribadi lain yang menyatakan hidup-Nya bagi Anda.

Di atas salib-Nya, orang-orang mem-bully Sang Mesias melalui olok-olokkan, "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" (Markus 15: 30). Para pem-bully menggunakan tipuan yang mungkin nyata untuk menjatuhkan Anda, mereka ingin Anda percaya pada apa yang mereka tunjukkan dan ketika Anda percaya dengan kebohongan mereka akan diri Anda, pada saat itulah mereka akan menguasai permainan.

UNTUK PARA PEM-BULLY : SEBUAH PESAN

Firman Allah dengan jelas menentang mereka yang mem-bully kehidupan orang lain. Kutipan bijak Amsal mengatakan, "Siapa menghina sesamanya, tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai, berdiam diri." (Amsal 11: 12). Orang yang mem-bully tidak menggunakan akal budinya secara sehat untuk menghormati dan menghargai sesamanya. Lebih tegas, ungkapan tersebut ditekankan kembali dengan melibatkan Allah, "Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia." (Amsal 14: 31).

Tentu saja, Allah tetap akan mengasihi mereka yang menjadi para pelaku bully. Namun adalah kebodohan bila Anda membiarkan keinginan Anda menguasai diri Anda sendiri. Kita perlu untuk secara tegas (dengan kuasa Allah) menentang apapun yang tidak sesuai dengan Firman Allah. Firman-Nya ialah otoritas tertinggi; Ia menuntun kita bukan untuk merobohkan namun membangun kehidupan, Ia mengundang kita untuk mengasihi dengan kasih-Nya. Allah membawa setiap kita sebagai orang percaya untuk dengan rendah hati memadamkan setiap usaha kita dalam membangun jati diri sendiri, sebaliknya menerima satu sama lain sebagaimana adanya karena Kristus hidup di dalam setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Mem-bully bukanlah suatu ide yang baik, setiap orang perlu menyadari kesenangan yang palsu tersebut. Bahkan bully ialah presentasi dari pekerjaan iblis untuk mencuri, membunuh dan membinasakan identitas sejati Anda di dalam Kristus (Yohanes 10: 10a). Dengan mem-bully, iblis memperoleh tempat berpijak melalui diri Anda untuk menghancurkan bukan hanya kehidupan mereka yang di-bully, namun juga mereka yang mem-bully.

SIKAP IMAN YANG TAK TERDUGA

Penting untuk memahami bahwa apapun tindakan yang Anda ambil melalui otoritas Firman Allah, semua ini tidak lebih karena Kristus bekerja di dalam Anda. Tidak ada sesuatu apapun yang bertujuan untuk mengesankan ataupun menggerakkan Allah untuk memberkati dan mengasihi kita lebih lagi. Semua pemberian yang kita perlukan dimaksud untuk diterima dengan cuma-cuma, sudah sempurna. Karena itu, adalah suatu sikap yang bijak untuk meresponi apa yang sudah Allah lakukan dengan iman yang dikaruniakan bagi setiap kita.

Yusuf memahami hal ini. Setelah pembuangan, transaksi penjualan dan pengasingannya oleh saudara-saudaranya, masa kelam di balik jeruji besi penjara, tuduhan perselingkuhan dan ancaman-ancaman kematian, Yusuf tampak hanya membiarkan semuanya ini berlalu. Bahkan ketika Yusuf telah diangkat sebagai penguasa kedua setelah Firaun di Mesir, Ia tidak memperhitungkan semuanya sebagai bentuk pembalasan dendam terhadap mereka, sebaliknya Yusuf melihat bagaimana Allah mereka-reka kejahatan dari saudara-saudaranya berubah menjadi sebuah tindakan penyelamatan keluarganya dari bencana kelaparan di masa depan. Yusuf memilih mengampuni daripada mengingat kembali luka pahit yang hanya akan membebaninya (Kejadian 45).

Daud menunjukkan sikap iman yang sama. Meskipun menjadi buronan tak bersalah yang selalu dikejar-kejar oleh Saul, Daud menunjukkan kasihnya bukan bagi keuntungan pribadinya namun karena Ia menyadari pola Firman Allah di dalam kehidupannya. Dua kali
bukan cuma sekali, tapi dua kali kesempatan terbuka lebar bagi Daud untuk membunuh Saul, namun Daud dengan sengaja melewatkannya (I Samuel 24 dan I Samuel 26). Daud bisa saja menggeser kedudukan raja Israel dengan mempercepat kematian Saul, namun ia mengambil langkah untuk mengampuni. Daud meyakini janji Allah cukup karena Ia yang mengatakannya, ia tidak membutuhkan petunjuk atau bukti tambahan lain. Daud tidak merasa perlu turut berusaha campur tangan terhadap Firman Allah.

Pengampunan yang paling sempurna terpancar dari atas salib-Nya. Yesus
Pribadi Allah yang datang dalam rupa Manusia, turut merasakan kesengsaraan dan penderitaan manusia. Penghinaan, cemoohan dan fitnah hingga berujung pada siksaan, cambuk, pemakuan dan penyaliban-Nya diterima, Ia sama sekali tidak melarikan diri dalam kuasa ilahi-Nya yang dahsyat untuk menyelematkan Diri-Nya sendiri, lebih dari itu, Ia memilih dalam kasih-Nya untuk menyelamatkan kita. Sampai pada suatu titik kesempurnaan yang tidak akan pernah dimengerti oleh siapapun, Ia berseru dengan nyaring, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23: 34).

Menghadapi setiap bentuk lain dari bully, iman mendorong pengampunan yang datang dari Pribadi Sang Kasih. Satu-satunya pembalasan yang layak hanyalah pengampunan; yang bukan hanya karena melepaskan beban berat di dalam hati para korban bully, namun juga mengetok pintu hati para pelaku bully untuk menerima penyaluran kasih karunia Allah melalui kita. Kita tidak sedang berbicara tentang kelayakan; kita semua gagal dalam ukuran kelayakan itu sendiri, sebab kita ialah orang-orang yang sama tidak layaknya dengan mereka. Ini ialah tentang menemukan dan menerima kemerdekaan bagi diri kita sendiri melalui Kristus, karya yang sempurna bagi semua orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar